post image

Agar Tidak Salah Pakai, Ketahui 10 Istilah Farmasi pada Kemasan Obat

Ketika membeli obat di apotek, pernahkah Anda memperhatikan informasi di kemasan atau di lembar petunjuk pemakaian? Terdapat istilah-istilah farmasi di dalamnya yang terkadang membuat Anda mengernyitkan dahi. 

Padahal, memahami berbagai istilah farmasi dalam kemasan obat dapat menghindari Anda dari salah minum obat atau bahkan keracunan. Simak ulasan lengkapnya berikut ini. 

Mengenal istilah farmasi dalam kemasan obat 

Setiap perusahaan farmasi wajib memberikan informasi tentang obat sejelas mungkin kepada konsumen. Informasi tersebut berisi aturan pakai obat yang berbeda-beda sesuai tujuan pengobatan.Beberapa informasi tersebut terkadang menggunakan beberapa istilah dalam farmasi yang kurang familier di kalangan masyarakat. Agar tidak keliru dalam menggunakan obat, berikut ini beberapa istilah farmasi dalam kemasan obat yang wajib Anda ketahui.

1. Aturan pakai

 
Aturan pakai biasanya menyertakan panduan minum obat

Sesuai namanya, aturan pakai berisi petunjuk penggunaan yang memberi tahu konsumen tentang cara pemakaian obat dan tindakan pencegahan penyalahgunaan. Dalam CDER Prescription Drug Labeling Conference, FDA menyatakan bahwa pelabelan aturan pakai harus diberikan secara rinci, ringkas, dan mudah dipahami. Hal ini bertujuan membantu pemahaman pasien tentang cara pakai obat. Aturan pakai ini tentunya sudah disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan (BPOM). Di dalam aturan pakai ini juga kadang terdapat beberapa istilah farmasi yang perlu Anda pahami, seperti:

  • Obat diminum 3 kali sehari, berarti minum obat sebanyak 3 kali dalam sehari dengan jeda waktu per 8 jam.
  • Singkatan sdt / sendok teh
  • Singkatan sdm / sendok makan
  • mg: miligram
  • g: satuan gram
  • exp/ED: expired date atau tanggal kedaluwarsa (pastikan Anda tidak minum obat kedaluwarsa)

2. Dosis obat 

Dosis obat merupakan takaran jumlah obat yang dapat menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh yang terkena gangguan. Takaran tersebut biasanya disesuaikan dengan kondisi tertentu, misalnya usia atau berat badan. Itu sebabnya, Anda mungkin akan sering melihat ada dosis obat untuk anak dan dewasa di kemasan obat yang dijual bebas.Penentuan dosis obat harus sesuai dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien. Jika dosis berlebihan maka akan menimbulkan efek toksik yang membahayakan tubuh, atau overdosis obat.Sebaliknya, jika dosis terlalu kecil, obat mungkin tidak dapat bekerja maksimal untuk mengatasi penyakit. 

3. Indikasi

Indikasi obat adalah informasi yang menjelaskan tujuan penggunaan obat untuk mengatasi penyakit tertentu. Indikasi obat biasanya ditulis dengan menyertakan tanda atau gejala penyakit yang bisa diatasi dengan obat tersebut.  Indikasi juga biasanya memberikan informasi tentang kandungan obat yang mampu mengatasi penyakit tertentu.

4. Kontraindikasi

Kontraindikasi merupakan istilah farmasi yang menandakan untuk siapa obat tidak boleh digunakan
Kontraindikasi merupakan istilah farmasi yang menandakan untuk siapa obat tidak boleh digunakan

Kontraindikasi adalah informasi tentang kondisi tertentu yang membuat obat tidak boleh digunakan.Kontraindikasi memberikan informasi klinis terhadap riwayat medis sebelumnya, yang mungkin saja menimbulkan risiko ketika obat digunakan. Misalnya, obat dengan kontraindikasi penyakit hipertensi berarti obat tidak boleh diberikan pada penderita hipertensi. Dalam publikasi Kementerian Kesehatan RI, kontraindikasi juga dianggap bagian dari efek samping obat. Artinya, dapat memperparah kondisi penyakit bahkan mengancam jiwa. 

5. Interaksi obat 

Interaksi obat adalah efek yang muncul ketika obat yang diminum bersinggungan dengan zat atau obat lain.Interaksi obat dapat meningkatkan risiko efek samping atau menurun keampuhannya untuk mengobati kondisi tertentu. Obat terkadang bisa berinteraksi dengan obat lain (baik resep maupun non-resep), makanan, atau suplemen. Informasi interaksi obat juga biasanya disertai dengan petunjuk praktis untuk mengurangi risiko interaksi. 

6. Efek samping 

Efek samping adalah efek yang bukan menjadi tujuan utama pengobatan. Efek samping bisa timbul langsung setelah penggunaan obat atau penggunaan dalam jangka panjang. Sebagian besar efek samping obat berdampak negatif dan merugikan penggunanya. Misalnya, efek peningkatan nafsu makan yang ditimbulkan dari penggunaan obat kortikosteroid dalam waktu lama. Contoh lain, obat yang bersifat hepatotoksik memiliki efek samping merusak hati jika dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa pengawasan dokter. 

7. Tablet salut selaput

Tablet salut selaput merupakan bentuk obat yang sering tercantum di kemasan
Tablet salut selaput merupakan bentuk obat yang sering tercantum di kemasan

Ada berbagai macam jenis obat, mulai dari kapsul, tablet, puyer, atau sirup. Tablet obat biasanya berisi satu atau lebih bahan aktif (eksipien) untuk tujuan pengobatan tertentu. Nah, tablet salut selaput merupakan salah satu macam obat tablet yang menggunakan suatu lapisan yang menyelimuti obat tersebut. Tujuannya untuk melindungi dari pengaruh eksternal seperti kelembapan dan bakteri. Umumnya, Anda tidak dianjurkan untuk membelah tablet salut selaput ketika hendak minum obat kecuali dokter menganjurkan demikian. Pasalnya, ini bisa memengaruhi cara kerja obat.

8. Mukolitik dan ekspektoran

Jika membeli obat batuk yang dijual bebas, Anda mungkin sering membaca mukolitik dan ekspektoran.Mukolitik adalah golongan obat yang digunakan untuk membantu mencegah dan mengencerkan dahak. Mukolitik memiliki kandungan agen mukoaktif yang biasanya digunakan untuk mengobati masalah pernapasan. Sementara itu, ekspektoran adalah salah satu dari jenis mukolitik yang mampu membantu membersihkan lendir dengan cara meningkatkan kadar cairan di saluran pernapasan. Mukolitik dan ekspektoran adalah jenis obat batuk berdahak yang kerap ditemukan dalam obat bebas.

9. Antitusif

Istilah antitusif sering ditemukan dalam kemasan obat batuk kering
Istilah antitusif sering ditemukan dalam kemasan obat batuk kering

Antitusif adalah golongan obat yang mampu menekan frekuensi batuk dan mengiritasi. Cara kerja obat antitusif adalah dengan menghambat daerah koordinasi batuk yang terletak di batang otak. Antitusif adalah salah satu obat batuk kering di apotek yang bisa dibeli tanpa resep dokter. 

10. Antipiretik dan analgesik

Antipiretik adalah golongan obat yang mampu meredakan demam. Terdapat 3 golongan obat antipiretik yang biasa Anda temukan di apotek antara lain salisilat seperti aspirin, asetaminofen seperti paracetamol, dan nonsteroidal anti-inflammatory (NSAIDs), seperti ibuprofen.  Sementara itu, analgesik adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri atau penghilang rasa sakit (antinyeri). Beberapa jenis obat analgesik biasanya juga memiliki kandungan antipiretik. Kedua kandungan obat ini sering ditemukan pada obat untuk mengatasi gejala flu, seperti paracetamol.

Sumber : https://www.sehatq.com/artikel/istilah-farmasi-pada-kemasan-obat

 
Share